Kamis, 10 Mei 2012

ASI untuk anak-anakku


ASI is norm.
Jauh sebelum aku menikah, aku pernah membaca artikel tentang manajemen ASI bagi ibu bekerja di sebuah majalah parenting langganan teman seruangan. Membacanya aku langsung tertarik, bahkan sempat aku tulis di selembar kertas (yang kemudian hilang entah kemana). Saat itu aku berpikir, “Wow, ternyata ibu bekerja pun bisa tetap memberikan ASI untuk bayinya ya?!” Berbekal bacaan itu, aku bertekad akan memberikan ASI untuk anak-anakku walaupun aku bekerja.
 

Alhamdulillah, Allah memudahkanku memberikan ASI untuk anak-anakku. Walaupun tidak sesempurna yang diharapkan, dalam arti, manajemen ASInya berkembang sesuai ilmu yang aku dapat. Dari anak pertama yang kurang sempurna manajemennya, sampai anak ketiga ini semakin membaik. Itu gunanya kita tetap belajar dan tetap update terhadap perkembangan ilmu pengetahuan ^_^
 

Untuk Ferris, anak pertamaku, saat itu tekadku hanya memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan saja. Dengan minimnya ilmu yang aku punya, banyak kesalahan yang aku lakukan. Dari belum mengenal IMD, pemberian cairan selain ASI sebelum 6 bulan (jamu, madu, air putih), dan memerah hanya sampai 6 bulan (dan tidak mempunyai stok ASIP), lalu memberikan susu formula setelah 6 bulan. Belum lagi makanan bayi instan yang aku berikan (walau kadang-kadang saja). Setelah lewat satu tahun, aku memberikan susu UHT dibanding susu formula atau susu bubuk. Keputusan yang diambil setelah mengikuti sebuah milis tentang parenting. Ferris menyapih dirinya sendiri saat usia 2 tahun 3 bulan (saat aku hamil 3 bulan).
 

Untuk Falisha, anak keduaku, ilmu tentang per-ASI-an bertambah. Tidak melakukan IMD (bidan kurang mendukung ). Aku mengeliminasi pemberian susu formula. Memberika ASI full selama 6 bulan, MPASI home made (hampir tidak pernah memberikan makanan instan), mulai menstok ASIP seminggu menjelang cuti habis, dan bertahan 11 bulan tanpa susu selain ASI. Sayangnya, pada usia 11 bulan, aku mulai berhenti memerah dan menambahkan susu UHT. Menyapih Falisha saat usia 2 tahun 5 bulan.
 

Untuk Faza, dengan banyaknya informasi yang bisa kita dapat, manajemen ASIku lebih membaik lagi. Walaupun gagal IMD, alhamdulillah sampai saat ini Faza (hampir 11 bulan), lancar pemberian ASInya. Dari awal dia lahir, aku sudah mulai memerah untuk mengisi stok ASIP, sehingga alhamdulillah volume ASI lumayan berlimpah. MPASI yang home made, dan memutuskan untuk berhenti vaksinasi (hanya sampai usia dua minggu saja). Dan inshaAllah, aku bertekad, akan memerah selama mungkin, hingga Faza tidak perlu tergantung pada susu sapi.

Yuks, Bunda. Mari semangat berikan ASI hak anak-anak kita. Kita pasti bisa!