Senin, 21 Januari 2013

Kecanduan Bersepeda



Suamiku terbiasa mengajak jalan-jalan pagi anak-anak dengan menggunakan motor. Menikmati udara segar pagi sekaligus memberi aku waktu bersiap ke kantor. Ferris dan Falisha cukup “kenyang” menikmati kebiasaan itu. Lain halnya dengan Faza, karena suamiku keburu mutasi ke Banjarmasin. Jadilah, Faza anak rumahan. Sangat jarang diajak keluar. Paling-paling saat Papanya ada di rumah. 

Reaksi Faza saat bisa keluar rumah itulah yang memotivasiku untuk memberikan kenikmatan jalan-jalan. Faza selalu terlihat antusias, matanya berbinar, dan bersemangat saat diajak jalan-jalan. Karenanya aku bertekad, ingin meluangkan waktu pagi, walaupun hanya sebentar, untuk mengajak Faza bersepeda. Ini kulakukan sesering mungkin. Walaupun hanya sepuluh menit, bersepeda sampai pinggir jalan tol JOR, dan kembali ke rumah. Kadang saat akhir pekan dan cuaca memungkinkan, Faza dan Falisha bisa kubonceng sepeda dua sampai tiga kali keliling komplek Ranco. Bagiku, momen itu menjadi momen yang berharga. Aku bahagia melihat dan merasakan kebahagiaan mereka.

Bersepeda memang sangat menyenangkan. Falisha pun sangat menikmatinya. Saat Sabtu, dia lebih memilih diantar emaknya bersepeda ke sekolah. Ferris pun aku usahakan untuk ikut merasakan kesenangan ini. Jadilah, saat Sabtu, aku membonceng Falisha dan Faza, beriringan dengan Ferris ke sekolah Falisha. Sabtu menjadi hari “numpang main” di halaman TK Falisha yang luas. Jadi ingat, sebelum Faza lahir, beberapa kali kami berempat, Papa dengan sepedanya, dan aku membonceng anak-anak (karena mereka maunya sama emaknya) bersepeda keliling Tanjung Barat dengan rute lumayan jauh.

Sepeda pertamaku, teman jalan-jalanku.
Kalau bicara soal kemampuanku bersepeda, itu bisa dibilang hanya seadanya. Saking seadanya, aku lebih memilih berhenti dulu saat berpapasan dengan mobil di jalan sempit dan tidak berani menyalib kendaraan apapun di depanku :D Jatuh dari sepeda? Pernah beberapa kali. Saat membonceng Ferris dan Falisha pernah, jatuh bertiga, walaupun aku usahakan untuk menahan sepedanya agar anak-anak aman. Dan, alhamdulillah anak-anak tidak trauma memboncengku. Dengan Falisha juga pernah. Karena saking minimnya ketrampilanku bersepeda, tanpa sengaja aku menyenggol portal jalan. Jatuhlah kami :D Aku sudah khawatir Falisha bakal trauma, tapi ternyata tidak. Tanganku pun pernah lecet agak parah karena menyerempet tembok kasar di gang kecil. 

Ahad kemarin, aku menantang kemampuan diri dalam bersepeda. Stok madu di rumah hampir habis, dan aku berniat membelinya di toko herbal di pinggir jalan TB. Simatupang. Artinya aku harus ke jalan besar dan melawan arus untuk sampai ke toko itu. Rencanaku, jika aku nyaliku ciut, akan kutuntun saja sepeda itu saat di jalan besar :D Maka berangkatlah aku membonceng Faza. Sambil dag dig dug di jalan besar, aku ternyata masih bisa mengayuh sepeda. Tetap dengan ekstra hati-hati. Dan ternyata aku bisa melaluinya, kembali dengan selamat. Kurayakan kemenanganku dengan menantang diri lagi bersepeda lebih jauh keliling Muara. Dan aku berhasil tetap mengayuh di jalanan menanjak. Sorenya kuajak anak-anak bersepeda lagi, dan kejutannya, aku kuat mengayuh di jalanan menanjak tadi dengan memboceng Faza dan Falisha, sedangnya Ferris menyerah menuntun sepedanya. Yay! Betapa kebahagiaan bisa datang dari hal-hal kecil :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar