Suamiku terbiasa mengajak
jalan-jalan pagi anak-anak dengan menggunakan motor. Menikmati udara segar pagi
sekaligus memberi aku waktu bersiap ke kantor. Ferris dan Falisha cukup “kenyang”
menikmati kebiasaan itu. Lain halnya dengan Faza, karena suamiku keburu mutasi
ke Banjarmasin. Jadilah, Faza anak rumahan. Sangat jarang diajak keluar.
Paling-paling saat Papanya ada di rumah.
Reaksi Faza saat bisa keluar rumah
itulah yang memotivasiku untuk memberikan kenikmatan jalan-jalan. Faza selalu
terlihat antusias, matanya berbinar, dan bersemangat saat diajak jalan-jalan.
Karenanya aku bertekad, ingin meluangkan waktu pagi, walaupun hanya sebentar,
untuk mengajak Faza bersepeda. Ini kulakukan sesering mungkin. Walaupun hanya
sepuluh menit, bersepeda sampai pinggir jalan tol JOR, dan kembali ke rumah. Kadang
saat akhir pekan dan cuaca memungkinkan, Faza dan Falisha bisa kubonceng sepeda
dua sampai tiga kali keliling komplek Ranco. Bagiku, momen itu menjadi momen
yang berharga. Aku bahagia melihat dan merasakan kebahagiaan mereka.
Bersepeda memang sangat
menyenangkan. Falisha pun sangat menikmatinya. Saat Sabtu, dia lebih memilih
diantar emaknya bersepeda ke sekolah. Ferris pun aku usahakan untuk ikut
merasakan kesenangan ini. Jadilah, saat Sabtu, aku membonceng Falisha dan Faza,
beriringan dengan Ferris ke sekolah Falisha. Sabtu menjadi hari “numpang main”
di halaman TK Falisha yang luas. Jadi ingat, sebelum Faza lahir, beberapa kali
kami berempat, Papa dengan sepedanya, dan aku membonceng anak-anak (karena
mereka maunya sama emaknya) bersepeda keliling Tanjung Barat dengan rute
lumayan jauh.
Sepeda pertamaku, teman jalan-jalanku. |
Kalau bicara soal kemampuanku
bersepeda, itu bisa dibilang hanya seadanya. Saking seadanya, aku lebih memilih
berhenti dulu saat berpapasan dengan mobil di jalan sempit dan tidak berani
menyalib kendaraan apapun di depanku :D Jatuh dari sepeda? Pernah beberapa
kali. Saat membonceng Ferris dan Falisha pernah, jatuh bertiga, walaupun aku
usahakan untuk menahan sepedanya agar anak-anak aman. Dan, alhamdulillah
anak-anak tidak trauma memboncengku. Dengan Falisha juga pernah. Karena saking
minimnya ketrampilanku bersepeda, tanpa sengaja aku menyenggol portal jalan.
Jatuhlah kami :D Aku sudah khawatir Falisha bakal trauma, tapi ternyata tidak. Tanganku pun pernah lecet agak parah karena
menyerempet tembok kasar di gang kecil.
Ahad kemarin, aku menantang
kemampuan diri dalam bersepeda. Stok madu di rumah hampir habis, dan aku
berniat membelinya di toko herbal di pinggir jalan TB. Simatupang. Artinya aku
harus ke jalan besar dan melawan arus untuk sampai ke toko itu. Rencanaku, jika
aku nyaliku ciut, akan kutuntun saja sepeda itu saat di jalan besar :D Maka
berangkatlah aku membonceng Faza. Sambil dag dig dug di jalan besar, aku
ternyata masih bisa mengayuh sepeda. Tetap dengan ekstra hati-hati. Dan
ternyata aku bisa melaluinya, kembali dengan selamat. Kurayakan
kemenanganku dengan menantang diri lagi bersepeda lebih jauh keliling Muara.
Dan aku berhasil tetap mengayuh di jalanan menanjak. Sorenya kuajak anak-anak
bersepeda lagi, dan kejutannya, aku kuat mengayuh di jalanan menanjak tadi
dengan memboceng Faza dan Falisha, sedangnya Ferris menyerah menuntun
sepedanya. Yay! Betapa kebahagiaan bisa datang dari hal-hal kecil :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar