Pagi ini, aku merasa lebih enggan
berangkat ke kantor dibanding hari biasanya. Membayangkan harus menggunakan
angkutan umum sudah memperberat keenggananku. Adik yang biasa aku tumpangi
motornya, berdinas keluar kota.
Pagi ini, tak seperti biasanya,
Faza yang badannya agak demam, ga mau lepas ketika disusui. Padahal jam di
dinding sudah menunjukkan waktu untuk berangkat. Bertambahlah keenggananku. Akhirnya,
waktu berangkat mundur, hampir 10 menit lebih telat dari biasanya. Akibatkan,
kemungkinanku berangkat dengan menggunakan ojek lalu disambung angkot menjadi
pilihan yang tidak tepat. Hampir dapat dipastikan terlambat. Jadi, pilihan
satu-satunya membelah kemacetan Jakarta adalah dengan Commuter Line.
WOW!!! Menaiki
Commuter Line (CL) membuatku merasa amat sangat bersyukur. Bersyukur karena aku
tidak harus setiap pagi dan sore menjadi langganannya. Bersyukur karena aku
masih punya adik yang bisa aku tumpangi saat pagi. Bersyukur karena jarak dari
rumah ke tempat kerja tidak terlalu jauh saat ditempuh dengan CL, sehingga
minimal aku hanya butuh sekitar 15 menit berdesak-desakan di dalam gerbong
khusus wanita, yang untuk masuk dan keluarnya saja membutuhkan perjuangan.
Membayangkan “nikmatnya” berjubel dari Bogor sampai ke Kota atau Tanah Abang,
duh...
Commuter Line... Padat, sesak, tapi
selalu dinanti. Sarana transportasi ini memang paling efektif membelah kemacetan
Jakarta. Kecuali terjadi kerusakan, waktu yang ditempuh relatif rasional dan
bisa diandalkan. Saat berjubel di dalam gerbong, nikmatilah. Jangan melawan
arus gerakan, karena akan mengakibatkan pegal-pegal :D
Tapi, Commuter Line ini juga bisa
jadi sarana rekreasi yang asyik untuk anak-anak. Jika ingin nyaman, naik kereta
lawan arus penumpang saat pagi dan sore hari. Saat pagi, naiklah kereta ke arah
Bogor. Atau, naiklah kereta setelah waktu orang berangkat ke kantor berkurang,
dan sebelum waktu orang pulang kantor. Biasanya kosong dan layak naik ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar