Saat kelahiran Faza, aku mulai menabung ASIP dari hari kedua
setelah melahirkan. Hal itu untuk berjaga-jaga karena biasanya kebutuhan ASI
bayi laki-laki lebih banyak dari bayi perempuan. Saat Falisha dulu, aku baru
mulai menabung ASIP seminggu sebelum masuk kerja. Alhamdulillah masih cukup.
Saat pertama ber-marmet (perah ASI dengan menggunakan tangan) masih
mendapat ASIP berwarna kuning full kolostrum. Awal memerah hanya mendapatkan 50
ml, mengisi setengah botol kaca. Sehari memerah dua sampai tiga kali. Karena suplai ASI itu berdasarkan sebanyak mana
demandnya, maka inshaAllah dengan semakin sering memerah, ASIpun akan semakin
banyak.
Alhamdulillah, Allah memberi ASI yang melimpah. Sehingga saat
tiba harus bekerja kembali, persediaan ASIP cukup banyak. Saat hari pertama
ditinggal bekerja, Faza minum ASIP berdasarkan metode FIFO (First In First
Out). Tapi hari itu juga, aku mendapatkan informasi dengan sesama ibu pemerah
ASI di kantor, bahwa sebaiknya ASIP yang diberikan adalah ASIP yang fresh. Baru
saat ASIP segarnya kurang, ditambah dengan ASIP yang ada di freezer. Karenanya,
Faza minum ASIP yang pagi-pagi sebelum berangkat kerja aku perah, dan ASIP
hasil di kantor sehari sebelumnya.
Di kantor, aku memerah tiga kali, bisa membawa pulang sekitar
500-600 ml. Saat pagi sebelum berangkat ke kantor, bisa 100 ml ASIP. Jadi
totalnya sekitar 600-700 ml. Sedangkan kebutuhan harian Faza saat aku tinggal, kurang
lebih 400-500 ml. Jadi, hampir setiap hari aku bukannya mengambil tabungan ASIP
tapi malah menambahnya. Botol kaca yang pertama aku beli 80 botol, ditambah 100
botol lagi ternyata tidak cukup. Sampai kemudian aku dua kali membeli botol
lagi dari teman kantor. Dan, akhirnya freezer tidak muat lagi, sampai numpang
nitip ke kulkas tetangga. Mau membeli freezer khusus menyimpan ASIP kok rasanya
sayang.
Stok ASIP sempat berkurang belasan botol saat seorang sahabat membutuhkan ASIP untuk bayinya, karena saat itu stoknya sedang menipis. Kemudian, aku mengenal sebuah grup di FB, Human Milk 4 Human Babies, Menjadi Malaikat Dunia dengan berbagi ASI dengan bayi yang membutuhkan. Disana menjadi sarana bagi ibu yang berlebih ASInya, untuk membantu ibu yang kekurangan ASI. Alhamdulillah, dari grup itu telah mempertemukanku dengan enam ibu yang membutuhkan ASI untuk bayinya. Aku sengaja memilih mendonorkan untuk bayi laki-laki untuk berjaga-jaga karena ada dua pendapat mengenai donor ASI ini. Ada yang berpendapat menjadi saudara sepersusuan, ada juga yang berpendapat tidak. Kalau aku, cenderung pada pendapat yang pertama. Dan, mendonorkannya pun baru sebatas pada membantu pada keadaan darurat, terdesak karena stok ASIP yang sedang menipis, belum pada tahap menjadi ibu susuan penuh.
Tidak perlu khawatir dengan label saudara sepersusuan, karena sebenarnya dengan itu kita menambah saudara.
Bersama dengan bayi-bayi penerima ASIku, dari kanan bawah searah jarum jam, ada Niko (alm)nya Bunda Damayanti, kakak adek Kamila dan Hanif-nya Bunda Yulia, Dazzle-nya Bunda Lisye, Dedek Al-nya Bunda Laily Hermawan, Jidan-nya Bunda Novi, Kareem-nya Bunda Leli dan Rayyan-nya Bunda Asti. Sebenarnya ada satu lagi, Dedek Al anak tetangga depan rumah. Semoga menjadi anak-anak sholeh. Amiin...
Salam sayang buat semua jagoan.
Buat Bunda-bundanya, mohon maaf jika ada salah tulis nama. Semoga tulisan ini menjadi pengikat persaudaraan anak-anak kita.
Good Jobs vin, anakku sampai umur 2 tahun masih pake ASI, btw anak udah berapa?
BalasHapusini alamat blogku vin sekalian tukeran link yo
http://masagwin.blogspot.com/
Anakku baru 3 ^_^
BalasHapus